Kamis, 21 November 2019

Tak Sadar Bahaya, Warga Sambut Sampah Plastik Impor


Warga di Desa Trosobo Kabupaten Sidoarjo dan Desa Bangun Kabupaten Mojokerto tampaknya selama ini bersikap welcome menyambut kedatangan sampah plastik impor dari negara-negara maju. Bagi mereka sampah-sampah plastik itu sumber penghidupan yang menguntungkan tapi mereka lupa bahaya pencemaran yang ditimbulkannya.


Dalam video yang direlease BBC Indonesia di Desa Bangun Mojokerto mata pencarian
warganya telah  berubah sejak kedatangan sampah plastik impor. Semula mereka petani tapi kemudian mereka memilih menjadi pemulung. Mereka memilah-milah sampah: yang masih bisa digunakan dijual ke pabrik plastik. Yang sudah tak bisa digunakan dijual ke pabrik tahu untuk dijadikan  bahan  bakar pembuatan tahu.

Hasil memulung itu lumayan. Supjyati warga desa Bangun menyatakan dari memulung  ia  berhasil membeli tanah dan menyekolahkan anak. Karena pasokan sampah plastik yang dikirim dari AS, Inggris dan Auatralia ini dari tahun ke tahun meningkat, warga desa semakin bersemangat menjadi pemulung sampah. Mayoritas penduduk desa bahkan telah beralih pekerjaan jadi pemulung.

Pihak lain yang menenggak menguntungkan adalah pengusaha pabrik tahu. Fajar Fatiyani, pemilik pabrik tahu di Trosobo Sidoarjo mengatakan, sebelumnya ia harus membeli kayu bakar 1 truk Rp 1,5 juta dan hanya bisa digunakan 3-4 hari saja. Sedangkan sampah plastik harganya lebih murah, satu truk hanya Rp 100 ribu dan.penggunaannya lebih lama. Selain itu sampah plastik lebih cepat mendatangkan panas.

Namun di balik itu sampah plastik telah menyebabkan pencemaran udara, air dan tanah. Hasil penelitian yang dilakukan Ecoton menyebut setiap satu liter air sungai mengandung 1000 partikel mikro plastik (ukuran di bawah 0,5 cm atau 5 mm). Ini berbahaya bagi lingkungan. Selain mencemari air, pembakaran sampah plastik melepaskan dioksin, senyawa kimia berbahaya yang bisa masuk ke makanan. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dioksin dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan gangguan reproduksi, mempengaruhi sistem imun, dan bisa menyebabkan kanker.

Hasil penelitian menyebut telur dari ayam yang dipelihara sekitar pabrik mengandung dioksin 70 kali dari batas aman konsumsi manusia. Angkanya 200 picogram per gram lemak untuk telur di Sidoarjo dan 100 picogram per gram lemak untuk telur di Mojokerto. Padahal, standar BPOM hanya membolehkan kandungan dioksin maksimal 0,5 picogram per gram lemak dalam makanan.

Yuyun Ismawati, peneliti yang lain mengungkapkan tumpukan dan pembakaran sampah plastik menyebabkan.penyakit pernafasan menjadi masalah utama di kedua desa itu.

Sebenarnya UU 18/2018 melarang impor sampah tapi definisinya tidak jelas. Sampah plastik diselundupkan dengan dicampur sampah kertas yang diimpor untuk bahan pabrik kertas. Saat ini pemerintah telah bersikap tegas dengan menyegel kontainer berisi sampah plastik dan mengembalikan ke negaranya.
foto: bbcindonesia


1 komentar :

Posting Komentar