Selasa, 03 Februari 2015

Tri Rismaharini Jadi Walikota Terbaik Ketiga Dunia Versi World Mayor

Pada tahun 2020 jabatan Tri Rismaharini sebagai Walikota Surabaya akan berakhir. Karena sudah dua periode, Risma tak bisa mencalonkan dan dicalonkan kembali. Namun Risma tetap bekerja keras mewujudkan program-programnya seperti pembangunan Alon-Alon Bawah Tanah di sekitar Balai Pemuda dan memperbaiki saluran di jalan-jalan dan kampung-kampung.



Walikota Surabaya Tri Rismaharini memang dikenal sebagai pekerja keras, berprestasi dan inovatif. Selama masa jabatannya ia telah menyulap Surabaya menjadi kota yang bersih, rapi dan hijau. Taman-taman banyak menghiasi berbagai bagian kota. Saat ini nyaris tak bisa kita temukan lagi gelandangan dan pengemis di jalanan karena mereka sudah dibina di Liponsos Keputih dan anak-anaknya diasramakan di Kampung Anak Negeri Surabaya Jl. Wonorejo Timur.

Prestasi Risma yang paling fenomenal adalah Risma pernah mendapatkan gelar sebagai Walikota terbaik ketiga di dunia versi World Mayor Project.

Dalam pernyataan resmi di laman Worldmayor.com pada 3 Februari 2015, pihak panitia menilai Risma berhasil menerapkan kebijakan yang prolingkungan, memperhatikan aspek sosial, dan konsisten mendukung kemajuan ekonomi. Bersama Wali Kota Calgary, Kanada, Naheed Nenshi; dan Wali Kota Ghent, Belgia, Daniel Termont--yang menjadi juara satu dan dua--Risma masuk daftar sepuluh besar wali kota terbaik di dunia.

Ketika terpilih sebagai wali kota pada 2010, Risma adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Bappeko Surabaya yang sangat peduli dengan masalah kebersihan lingkungan dan penataan taman. Ketika ia menjadi Walikota ia tidak hanya membenahi lingkungan tapi juga berusaha keras  mengatasi persoalan-persoalan warga secara langsung dengan turun ke bawah. Seperti masalah pendidikan, banjir, air bersih, sengketa tanah, trafficking, pelacuran, dan ketenagakerjaan.

Kini setidaknya ada sebelas taman besar di Surabaya dengan tema yang berbeda-beda. Jalan-jalan kota pun menjadi sejuk dan rindang berkat keberadaan taman kota.

Beberapa gebrakan lain yang dilakukan Walikota adalah menganggarkan lebih dari 30% APBD Surabaya untuk pendidikan, meningkatkan UMK hingga menjadi lebih tinggi daripada UMK di Jakarta, mengurangi jumlah pemukiman kumuh, menyediakan rusun murah untuk warga tergusur atau miskin, membebaskan stren kali dari pemukiman kumuh, menertibkan PKL, dan menutup semua komplek pelacuran di Surabaya.
           
Dalam mengelola kota ia tidak tergiur dengan pertumbuhan fisik. Ia tak segan-segan menolak perizinan pembangunan gedung perkantoran atau mal/plaza bila tak sesuai dengan tata ruang kota. Ia pernah menolak pembangunan tol tengah kota yang sudah direncanakan pemerintah pusat karena dianggap menciptakan simpul-simpul kemacetan baru dan mengganggu keindahan kota.





0 komentar :

Posting Komentar