Kantor Pos Kebon Rojo dulunya jadi Gedung HBS (sekolah setingka SMU pada zaman Belanda) Di sinilah dulunya Bung Karno sekolah |
Bung Karno yang mendapatkan gelar Pahlawan
Nasional pada 7 Nopember 2012 ternyata lahir dan dibesarkan di Surabaya. Lalu tahukah
anda di mana proklamator RI ini bersekolah di masa SMA?
Ada yang berpikiran saat SMA Bung Karno sekolah
di tempat yang sekarang menjadi SMA Kompleks di Jl. Wijaya Kusuma (HBS straat).
Tapi sebenarnya pada zaman Sukarno, HBS bertempat di gedung yang sekarang menjadi Kantor Pos
Kebun Rojo.
Soekarno sekolah di HBS Soerabaia pada
tahun 1917 hingga 1922. Sekolah ini diperuntukan bagi anak-anak Bangsa Eropa,
putra Bangsawan Pribumi, atau putra para tokoh pribumi terkemuka. Bahasa pengantar di sekolah ini adalah
bahasa Belanda. Dan lamanya sekolah 3 tahun. Saat itu lokasi HBS menempati
sebuah bangunan di regentstraat di bekas Dalem Kadipaten Soerabaia. Atau persisnya
berhadapan dengan Kebon Rojo yang tempo dulu disebut Stadstuin yang terjemahannya adalah
Taman Kota.
Pada tahun 1923 HBS pindah dan menempati
gedung baru di HBS straat yang sekarang
menjadi Jl. Wijaya Kusuma. Sekarang sekolah tersebut menjelma menjadi SMA Komplek. Sementara
gedung lama HBS digunakan untuk Hoofdcommissariaat van Politie atau Kepala
komisaris Polisi Soerabaia. Setelah itu direnovasi dan digunakan sebagai
hoofdpostkantoor atau Kantor Pos Besar hingga sekarang.
Fotonya ketika sekolah di HBS Regentstraat
masih ada. Dalam buku Sukarno, an Autobiography as told to Cindy Adams,
Soekarno mengatakan, “Aku sangat tertarik pada cewek-cewek Belanda. Bahkan aku
ingin sekali mengadakan hubungan cinta dengan mereka.”
Cinta pertamanya jatuh pada Pauline gobee,
anak gadis gurunya sendiri. Ternyata ceweknya bukan hanya Pauline, tapi ada
yang lain seperti Hessels, Laura, dan juga Raat, yang semuanya cantik-cantik.
Salah satu kakak kelas Soekarno di HBS
adalah Van Mook yang kemudian menjabat sebagai Luitenant Gouverneur Generaal,
yang di HBS 10 tahun lebih dulu. Nama asli Van Mook adalah Hubertus Jan van
Mook. Ketika menjadi Presiden RI Van Mook menjadi lawan politik paling berat
bagi Soekarno.
Di sekolahan itu pada kelas yang sama
dengan Soekarno ada siswa bernama Christiaan Eichholtz. Ia kemudian bekerja pada
Departemen BB (Binnenland Bestuur) kalau sekarang sama dengan Depdagri urusan PID
atau Dinas Intelejen Politik (Politieke Inlichtingen Dienst). Instansi ini dikenal menjadi musuh utama para tokoh pergerakan Indonesia, termasuk
Sukarno.
Pada tanggal 28 Desember 1949 Christiaan
mendapatkan
undangan pelantikan
Sukarno sebagai Presiden RIS (Republik Indonesia Serikat) yang dibentuk melalui
perundingan KMB (Konferensi Meja Bandar) di Denhag pada bulan Agustus –Nopember
1949. Bung Karno saat itu menerima ucapan dari para tamu. Giliran Chritiaan,
Bung Karno menatap dengan tajam. Sesaat kemudian Bung Karno langsung menyapanya
ramah: Hei, Christ, Arek HBS Surabaia!”. Tentu saja ini membuat Christ salah tingkah. Tapi pada
tamu lain ia mengatakan sangat terkesan dengan sambutan gaya Bung Karno selaku atasannya
tertinggi dalam RIS.
Salah satu rekan HBS Soekarno lainnya
adalah Hein Buitenweg. Ia dikarunia umur panjang dan kemudian tinggal di Zwolle
Belanda pada hari tuanya. Ia rajin menulis buku-buku perjalanan wisata,
termasuk di Surabaya. Salah satu bukunya adalah Krokrodillenstad atau Kota
Buaya.
Saat itu berbanding siswa HBS adalah sbb: Eropa 68,9%,
Pribumi 15,2%, Timur Asing 15,9%. Agak berbeda dengan HBS sekolah SMU lainnya di masa Belanda, AMS,
siswanya mayoritas pribumi tapi juga menggunakan pola pendidikan dan guru
Belanda. Tapi kedua sekolah ini sama-sama berakses ke sekolah tinggi di dalam
negeri juga di Belanda dan negeri lainnya yang berdasarkan reciprociteit.
Alumni kedua sekolah itu lancar berbahasa Belanda, Perancis dan Inggris dan
Jerman. Bahkan mutu pendidikannya tergolong tertinggi di Asia. (Soerabaia Tempo Doeloe Buku 1 Dukut Imam Widodo, Dinas Pariwisata
Surabaya 2002, HBS, Sekolahnya Bung Karno, Hal 243-247)
0 komentar :
Posting Komentar