Angka sementara (Asem) produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2015 naik dibanding tahun 2014 menjadi 13,15 juta ton gabah kering giling (GKG). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Teguh Pramono mengatakan angka itu menunjukkan pertumbuhan 6,11% karena luas panen meningkat 79.440 hektare (ha) disertai produktivitas 1,32 kuintal per ha.
“Ada lima kabupaten utama yang menyumbang beras terbesar di Jawa Timur , yaitu Jember, Lamongan, Banyuwangi, Bojonegoro, dan Ngawi,” katanya.
Teguh menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi perluasan area panen pada SR III 2015 (yoy) karena ada alih pola tanam dari jagung ke padi di Kabupaten Pasuruan. Belum lagi adanya peningkatan indeks pertanaman di Kabupaten Bondowoso, Situbondo, dan Nganjuk. “Selain itu juga ada peningkatan jaringan irigasi dan bantuan pompa air kepada petani. Ini cukup membantu dalam proses pertumbuhan padi,” kata Teguh.
Selain lima
wilayah itu pengahsil beras lainnya di Jawa Timur adalah Tuban, Nganjuk,
Malang, Madiun, Mojokerto, Magetan,
Kediri, Blitar, Bondowoso, Mojokerto.
Bojonegoro
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Ahmad Djupari mengatakan
Bojonegoro masuk kategori daerah lumbung padi di Jawa Timur. Target produksi beras tahun 2015 ini sebesar 1
juta ton dan realisasi tahun 2014 sebanyak 800 ton. Bojonegoro yang
mencanangkan Kabupaten Lumbung Pangan dan Energi akan mampu menjadi andalan
beras regional bahkan Nasional. "Ya, target ini realistis," ujarnya
pada Tempo di acara Panen Raya di Desa Gedongarum Kecamatan Kanor, Bojonegoro,
Rabu 21 Januari 2015.
Untuk mendukung program Swasembada Pangan, Pemerintah Bojonegoro juga telah mengeluarkan pelbagai kebijakan. Di antaranya membangun 1.000 embung (bendungan kecil) dan sudah terealisasi sekitar 200 embung. Kemudian, membangun tiga bendungan besar. Yang sudah terealisasi, yaitu Bendungan Gerak di aliran Bengawan Solo, dan yang sedang dibangun yaitu Bendungan Gongseng di Kecamatan Temayang. Terakhir tengah dirancang membangun Bendungan Karang Nongko di aliran Bengawan Solo.
Dia menyebut luas lahan pertanian sebanyak 87 ribu hektare yang 40 persen masuk daerah tanah produktif dan bisa panen dua kali. Kemudian 45 persen tanah satu kali panen dan sisanya 15 persen sawah tadah hujan. Tetapi, jika bendungan itu terealisasi, Bojonegoro akan mampu berproduksi sebanyak 1,5 juta ton pertahunnya.
Untuk mendukung program Swasembada Pangan, Pemerintah Bojonegoro juga telah mengeluarkan pelbagai kebijakan. Di antaranya membangun 1.000 embung (bendungan kecil) dan sudah terealisasi sekitar 200 embung. Kemudian, membangun tiga bendungan besar. Yang sudah terealisasi, yaitu Bendungan Gerak di aliran Bengawan Solo, dan yang sedang dibangun yaitu Bendungan Gongseng di Kecamatan Temayang. Terakhir tengah dirancang membangun Bendungan Karang Nongko di aliran Bengawan Solo.
Dia menyebut luas lahan pertanian sebanyak 87 ribu hektare yang 40 persen masuk daerah tanah produktif dan bisa panen dua kali. Kemudian 45 persen tanah satu kali panen dan sisanya 15 persen sawah tadah hujan. Tetapi, jika bendungan itu terealisasi, Bojonegoro akan mampu berproduksi sebanyak 1,5 juta ton pertahunnya.
Jember
Produksi padi di
Kabupaten Jember, Jawa Timur, selama 2014 mencapai 971.261 ton gabah kering
giling atau di bawah target produksi 2014 sebanyak satu juta ton.
"Namun produksi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebanyak 930.027 ton," kata Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Pertanian, Luluk Herman, Senin.
Menurut dia, Jember menjadi penyumbang nomor satu di Jatim pada 2013 dan realisasi tahun 2014 sebanyak 97.261 ton lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Kabupaten Jember. "Jember bisa surplus beras mencapai 250 ribu ton pada tahun lalu, sehingga produksi padi yang belum mencapai target itu tidak terlalu mengecewakan bagi Dinas Pertaian," tuturnya.
Ia menjelaskan beberapa kendala yang terjadi di lapangan, sehingga tidak bisa memenuhi target produksi padi sebanyak 1 juta ton karena hama penyakit yang menyerang sejumlah lahan pertanian di beberapa kecamatan di Jember.
"Tahun 2014 juga dibayang-bayangi lahan pertanian yang tidak terealisasi sebagai lahan produktif yang luasnya mencapai 8.000 hektare lahan yang tidak terpakai," paparnya.
"Namun produksi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebanyak 930.027 ton," kata Kepala Seksi Penyuluhan Dinas Pertanian, Luluk Herman, Senin.
Menurut dia, Jember menjadi penyumbang nomor satu di Jatim pada 2013 dan realisasi tahun 2014 sebanyak 97.261 ton lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan warga Kabupaten Jember. "Jember bisa surplus beras mencapai 250 ribu ton pada tahun lalu, sehingga produksi padi yang belum mencapai target itu tidak terlalu mengecewakan bagi Dinas Pertaian," tuturnya.
Ia menjelaskan beberapa kendala yang terjadi di lapangan, sehingga tidak bisa memenuhi target produksi padi sebanyak 1 juta ton karena hama penyakit yang menyerang sejumlah lahan pertanian di beberapa kecamatan di Jember.
"Tahun 2014 juga dibayang-bayangi lahan pertanian yang tidak terealisasi sebagai lahan produktif yang luasnya mencapai 8.000 hektare lahan yang tidak terpakai," paparnya.
Banyuwangi
Pemerintah kabupaten Banyuwangi,
menargetkan produksi beras sebanyak 800 ribu ton, pada tahun 2015 dan menjadi
lumbung padi di Jawa Timur. Target tersebut sengaja dilakukan, sebagai
salah satu realisasi, dari kabupaten Banyuwangi, dalam program swasembada
pangan yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.
Kepala Dinas
Pertanian Perkebunan, Kehutanan, dan Holtikultura Kabupaten Banyuwangi, Ikrori
Hudanto mengatakan, pada tahun 2014 produksi beras di kabupaten Banyuwangi
menembus angka lebih dari 750.000 ton, sehingga tahun 2015 ditingkatkan menjadi
800.000 ton.
"Pada tahun
2014 produksi beras di Banyuwangi lebih dari 750 ton, dan saya harap tahun 2015
produksinya bisa meningkat," ungkap Ikrori, Selasa (6/1/2015).
Meskipun setiap
tahun lahan pertanian di Banyuwangi terus menyusut, dinas pertanian optimis
produksi beras bisa meningkat dengan cara penerapan pola tanam dan teknologi
yang semakin meningkat.
"Kita tahu setiap tahun lahan pertanian kita terus menyusut, namun kita bisa mengantisipasinya dengan cara sistem penanaman dan teknologi baru, sehingga bisa meningkatkan hasil panenan para petani," kata Ikrori.
Berdasarkan data
yang berhasil dihimpun RRI, dalam setiap tahunnya kabupaten Banyuwangi
mengalami surplus beras, dan ada sekitar 250 ton beras Banyuwangi yang
didistribusikan kedaerah lain , yang diantaranya dieks keresidenan Besuki, Bali
dan Nusa Tenggara.
0 komentar :
Posting Komentar