Senin, 18 November 2019

Pabrik Tahu di Sidoarjo Pakai Bahan Bakar Sampah Plastik


SIDOARJO: Pabrik-pabrik tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo kedapatan menggunakan sampah plastik impor untuk bahan bakar pembuatan tahu. Pantauan wartawan, di beberapa titik dekat pabrik tahu terlihat sampah plastik impor yang menggunung dan sebagian berserakan.

Para produsen tahu itu mengumpulkan sampah plastik impor dan menempatkannya di sebuah bilik yang telah mereka buat. Tumpukan sampah plastik juga terlihat di dekat tungku pembakaran, yang sewaktu-waktu siap digunakan untuk memanaskan tungku yang berisi kedelai sebagai bahan baku tahu. Dari tungku itu keluar asap hitam mengepul ke langit. Bau menyengat plastik yang terbakar tercium dari hasil pembakaran itu.


Salah satu warga Dusun Klagen, Khambali (42), mengatakan pabrik tahu di Dusun Klagen dan Areng-areng sudah lama menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar untuk memproduksi tahu. Khambali mengaku sudah sekitar 10 tahun bekerja di pabrik tahu.

Penggunaan sampah plastic oleh pabrik-pabrik tahu di Indonesia jadi heboh setelah mendapat sorotan  surat kabar ternama Amerika Serikat, the New York Times. Media itu merilis laporan mengenai aktivitas puluhan pabrik tahu di Indonesia yang disebutnya menggunakan sampah plastik impor sebagai bahan bakar dalam proses produksi panganan berbahan dasar kedelai itu.

"Asap dan abu yang dihasilkan dari plastik yang dibakar memiliki konsekuensi racun yang bukan kepalang," Richard Paddock, jurnalis the New York Times melaporkan dalam artikel berjudul To Make This Tofu, Start by Burning Toxic Plastic, dibantu kontributor Dera Menra Sijabat dan fotografer Ulet Ifansasti. Artikel itu terbit pada 14 November 2019, dikutip dari nytimes.com, pada Senin (18/11/2019).

"Lebih dari 30 pabrik di Tropodo menggantungkan bahan bakar untuk produksi tahu mereka dengan membakar campuran limbah plastik dan kertas, termasuk beberapa yang dikirim dari Amerika Serikat," lapor Paddock.
Tahu yang diproduksi menggunakan tungku berbahan bakar limbah jelas memiliki imbas kimiawi yang buruk, tak hanya bagi makanan itu sendiri, melainkan bagi calon konsumennya.

Namun, lebih dari itu, asap yang dihasilkan dari industri pabrik tahu tersebut juga telah mencemari ekosistem lokal, termasuk memicu sejumlah telur ayam milik warga setempat "mengandung kadar zat kimia berbahaya dioksin (dioxin) melebihi ambang batas wajar, bahkan berbahaya."

Telur biasanya digunakan untuk menguji kontaminasi karena ayam secara efektif mencicipi tanah ketika mereka mencari makan. Hal itu berujung pada racun menumpuk di telur mereka.

"Dioxin merupakan polutan yang berpotensi menyebabkan kanker, cacat lahir dan Parkinson," tulis Paddock mengutip laporan terbaru yang dirilis lembaga pemerhati lingkungan International Pollutants Elimination Network (IPEN).


0 komentar :

Posting Komentar